Kamis, 27 Mei 2010

weda

Aktualisasi Weda Melalui Proses Catur Konsep Print E-mail

Weda adalah kitab suci agama Hindu, diyakini dan dipedomi oleh umat Hindu sebagai satu satunya sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari, maka kitab suci Weda adalah sumber ajaran agama Hindu.

Weda dihimpun menjadi 4 (empat) disebut "Samhita" dan keempat ini dikenal dengan nama Catur Weda yang terdiri dari Rg Weda, Sama Weda, Yayur Weda dan Atharwa Weda. Umat Hindu dengan kepercayaan dan keyakinannya mengaktualisasikan Weda dalam kehidupannya melalui proses Catur Konsep.

Catur Konsep yang kita bahas disini terdiri dari Catur Weda, Catur Purusartha, Catur Dharma, Catur Yuga, Catur Asrama, Catur Warna, dan Catur Marga. Melalui Catur Konsep inilah umat Hindu melakukan pencerahan kehadapan Yang Widhi Wasa disamping konsep2 lainnya seperti Panca Yadnya, Trikaya Parisuda, Tri Hita Karana dan lain lainnya.

Diantara Catur Konsep tersebut satu sama lainnya saling keterkaitan dan mempunyai korelasi sehingga maksud dan tujuannya akan menjadi lebih jelas apabila kita mencoba melakukan simulasi dari Catur Konsep tersebut. Tetapi sebelum melakukan simulasi sebaiknya Catur Konsep didalami terlebih dahulu, sehingga dapat dihubungkan antara Catur Konsep yang satu dengan yang lain dan mempunyai keterkaitan.

Setiap konsep pasti tidak terlepas dari konsep inti yaitu Weda, sebab Wedalah merupakan inti sari dari semua konsep yang ada dan tidak boleh menyimpang dari kitab suci Hindu Weda.

Catur Konsep.

Catur Konsep adalah suatu konsep dasar ajaran agama Hindu yang merupakan kepercayaan dan keyakinan umat Hindu yang terdiri dari Catur (empat) himpunan (bagian) yang saling keterkaitan satu dengan yang lain. Didalam Catur Konsep ini adalah pembahasan mengenai Visi Missi dan Etika yaitu tindakan yang harus dilakukan sebagai kewajiban agar umat Hindu dapat dengan mudah dan cepat dapat melakukan pendekatan atau pencerahan kehadapan Yang Maha Kuasa.

Dengan memperdalam Catur Konsep ini, umat Hindu dapat dengan jelas kemana arah tujuan yang akan ditempuh, sebab tahap2 yang wajib diaplikasikan secara sistematis sudah diatur didalam Catur Konsep ini. Tujuan akhir dari umat Hindu adalah Moksa, yang terdapat dalam Catur Purusartha, untuk mencapai Moksa dibutuhkan Catur Dharma sebagai landasannya. Umat Hindu percaya adanya ruang dan waktu (kala), dan diatur dalam Catur Yuga, setiap Yuga mempunyai pengaruh terhadap kehidupan di alam semesta ini.

Manusia dalam proses kehidupan dibagi dalam Catur Asrama sesuai dengan tingkat umur, masa, asrama dan setiap asrama mempunyai tanggung jawab yang berbeda beda sesuai dengan tujuan hidup yang terdapat dalam Catur Purusartha. Disamping Catur Asrama, manusia dalam kehidupannya mempunyai profesi masing masing sesuai tingkat bakat dan kemampuannya yang disebut Catur Warna (bukan Kasta).

Dalam mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa, dalam agama Hindu ada beberapa cara dapat ditempuh sesuai dengan kemampuan serta keinginan. Dalam agama Hindu diatur umatnya apabila ingin menunjukan Cinta Kasih kepada Tuhan melalui Catur Marga dan jangan dipermasalahan jalan (marga) mana yang akan ditempuh, terserah masing2 individu sesuai dengan keyakinanya.

Sebagai ilustrasi Catur Konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

AKTUALISASI CATUR KONSEP.

Dalam mengaktualisasikan ajaran2 Weda tidak terlepas dari Panca Srada, Ritual dan Etika yang merupakan inti ajaran Agama Hindu. Untuk pembahasan dalam tulisan ini kita membatasi hanya beberapa Catur Konsep yang mempunyai keterkaitan satu sama lainnya dan hanya ringkasan saja tidak dibahas secara detail, sebab yang ditonjolkan dalam tulisan ini adalah metodelogi cara pembahasan.

Adapun Catur Konsep yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

Catur Weda.

Nama Catur Weda dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa weda merupakan himpunan (Samhita) dari RgWeda, Yajur Weda, Samaweda dan Atharwaweda. Setiap ajaran Agama selalu memberikan tuntunan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia baik lahir maupun bathin. Dan diyakini bahwa ajaran agama bersumber dari kitab suci yang merupakan wahyu atau sabda Tuhan yang disebut Sruti yang artinya didengar. Weda sebagai himpunan sabda (wahyu) berasal dari Tuhan bukan dari manusia (Resi), sebab para resi penerima wahyu hanya berfungsi sebagai sarana dari Tuhan untuk menyampaikan ajaran sucinya. Svami Dayanada Saraswati menyatakan bahwa Weda adalah sabdanya Tuhan dan segala kuasanya bersifat abadi mengacu kepada Yayurweda sebagai berikut:

Tasmad Yajnat sarvahuta
Rcah samani jajnire
Chandamsi jajnire tasmad
Yajus tasmad ajayata
(Yayurweda XXX.7)

Artinya :
Dari Tuhan yang maha agung dan kepadanya umat
Manusia mempersembahkan berbagai yadna dan
Dari padanya muncul Rgweda dan Samaweda.
Dari padanya muncul Yayurweda dan Samaweda.

Weda mengandung ajaran2 yang bersifat rahasia yakni ajaran Moksa atau kelepasan. Ajaran Weda meliputi ajaran Ketuhanan serta penciptaan alam ini yang penuh misteri, manusia sebagai salah satu makluk Tuhan yang mempunyai kemampuan terbatas harus selalu mendalami ajaran Tuhan sehingga tujuan tertinggi yaitu Moksa dapat tercapai. Masing2 himpunan Weda ini mempunyai isi yang berbeda beda baik banyaknya Mantra dan Isi Mantranya. Rg Weda terdiri dari 10.589 mantra dibagi dalam 10 mandala (buku), yang berisi pujian terhadap Agni yaitu Dewi Api dan Dewa Indra. Sama Weda terdiri dari 1875 mantra dibagi dalam 6 prapathaka (buku) yang berisi pujian terhadap Soma yaitu Dewa Surya (Dewa Matahari). Yayur Weda terdiri dari 1975 mantra dalam 41 adhyaya, yang berisi tata cara pemujaan yaitu Yadnya. Atharwa Weda terdiri dari 5.977 mantra dibagi dalam 20 kanda, yang berisi nyanyian suci dan tata cara pengobatan serta bahan2 obat untuk penyembuhan

Catur Purusartha.

Didalam Catur Purusartha tergambar Visi Misi dari umat Hindu, yaitu tujuan mutlak yang tertinggi yang ingin dicapai adalah Moksa yaitu pembebasan Atma dari Triguna (Satwam, Rajas dan Tamas) melalui Reinkarnasi dengan hukum Karmanya (Karma Pala).Untuk mencapai Moksa harus dilandasi dengan Dharma dan setiap tindakan (karma) yang dilakukan harus berdasarkan Dharma, serta Ajaran Dharma yang terdapat dalam Weda harus ditegakkan. Dalam proses kehidupan ini, umat Hindu tidak terlepas dari kewajiban (duty) untuk melakukan Yadnya, yang dikenal dengan Panca Yadnya. Untuk mendukung kehidupan dibutuhkan Artha yang akan dipergunakan untuk korban suci (Yadnya), maka Artha ini harus dicari sebanyak banyaknya, tetapi berdasarkan Dharma. Didalam kehidupan diduni ini, manusia pada umumnya selalu mendabakan kenikmatan, kesenangan, kebahagiaan yaitu Kama.

Sesuai dengan konsep Catur Purusartha, semua kenikmatan yang ingin dicapai harus berdasarkan Dharma pula sehingga kita selalu mendapat keselamatan. Maka dalam Catur Purusartha yang terdiri dari Dharma, Artha, Kama dan Moksa harus merupakan kesatuan yang saling terkait, yang harus diaplikasikan dalam kehidupan ini sehingga tujuan akhir dapat tercapai yaitu Moksa.

Catur Dharma.

Kata Dharma berasal dari bahasa sansekreta dari urat kata DHR yang artinya menjunjung, memangku, mengatur dan menuntun. Dharma berarti hukum yang mengatur dan memelihara alam semesta beserta semua makluk. Untuk peredaran alam semesta , Dharma dapat diartikan dengan Kodrat. Sedangkan untuk kehidupan umat manusia Dharma berarti ajaran2/kewajiban2 atau peraturan suci yang memelihara dan menuntun umat manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup demi tercapainya Moksarthan Jagadhita (kesejahteraan, kebahagiaan dan kebebasan Atma) dari penjelmaan.

Dalam menjalankan Dharma harus ditumbuhkan dalam diri kita sifat sifat yang mulia dan suci , dan memancar dalam jiwa kita yaitu sifat2 Tuhan. Didalam Catur Dharma terdiri dari Satya (kebenaran), Virtue (kebijakan), Ahimsa (tanpa kekerasan) dan Shanty (kedamaian). Didalam menjalankan kebenaran membutuhkan pengertian apa itu Benar, sebab benar belum tentu Baik, maka antara Benar dan Baik sering menjadi kontradiksi dalam kehidupan manusia.

Tujuan dari Satya ini adalah bagaimana kita dapat menegakkan kebenaran menuju perbaikan bagi umat manusia dengan tetap berpegang kepada ajaran2 Tuhan yaitu Weda. Maka dalam Catur Dharma dalam menegakkan Dharma disamping kebenaran harus disertai dengan Virtue yaitu kebijaksanaan. Setiap mengambil keputusan harus dengan bijak dengan menguntungkan semua pihak, dan hindari menggunakan kekerasan (Ahimsa).

Dengan sikap selalu mendahulukan kebenaran serta kebijaksanaan dengan tanpa kekerasan maka keselamatan atau kedamaian (Shanty) akan selalu tercapai. Inilah tujuan dari Catur Dharma yang harus diterapkan oleh setiap umat Hindu dalam kehidupan, sehingga tujuan akhir yaitu Moksa pasti akan tercapai.

Catur Yuga.

Makluk hidup yang ada di alam semesta ini akan selalu melewati Catur Yuga yaitu 4 (empat) zaman, yang merupakan batas2 kehidupan setiap periode mempunyai sifat2 tertentu. Catur Yuga terdiri dari Kerta Yuga, Treta Yuga, Dewapara Yuga dan Kali Yuga. Setiap Yuga mempunyai karakteristik masing2, seperti Kerta Yuga adalah zaman Spiritual, Treta Yuga adalah zaman ilmu pengetahuan, Dewapara Yuga adalah zaman upacara ritual dan Kali Yuga adalah jaman dunia material.

Hubungan dengan Dharma adalah pada saat Kerta Yuga, manusia menjalankan Dharma adalah 100 %, Treta Yuga adalah sebesar 75 %, Dewapara Yuga adalah sebesar 50 % dan Kali Yuga hanya 25 % yang saat ini kita alami dimana dunia ini penuh dengan gejolak sebab tindakan manusia selalu menjauhi Dharma.

Catur Asrama.

Setiap periode tertentu manusia dalam kehidupannya dibagi dengan asrama yaitu suatu phase yang harus dilakukan sebagai manusia. Setiap phase mempunyai karakteristik masing2 sesuai dengan umur dan kemampuan manusia. Diharapkan pada saat akhir hidupnya apabila berjalan normal manusia dapat dengan mudah munuju moksa. Tahap2 yang harus dilalui di jaman Kali oleh setiap manusia adalah pada saat manusia masih menuntut ilmu (umur 7-24 tahun ) phase ini disebut Brahmacharia, setelah kawin dan bekerja maka phase ini disebut Grhasta (umur 24-55 tahun), pada saat manusia berhenti bekerja (pensiun) dengan melakukan kegiatan spiritual disebut Wenaprasta (umur 55-65 tahun) dan setelah melepaskan semua dunia material disebut Bhiksuka (umur 65-meninggal), umur atau phase disesuaikan dengan Yuga yang dilalui.

Hubungannya dengan Catur Purusartha adalah saat Brahmacharia kegiatan mempelajari ajaran Dharma, Grhasta adalah saat mengumpulkan Arta dan menikmati Kama, Wanaprasta sudah mulai sebagian meninggalkan dunia material (Artha dan Kama) menuju alam spiritual, dan Bhiksuka sudah penuh mininggalkan dunia material dan mulai melakukan Yoga (dunia spiritual) untuk menuju Moksa.

Catur Warna.

Setiap manusia dalam kehidupan ini pasti mempunyai profesi sesuai dengan bakat maupun kemampuannya. Didalam menunjang kehidupan ini, manusia harus bekerja untuk mencari Artha dan Kama, maka pembagian profesi didalam bidang pekerjaannya.

Sudra adalah golongan pekerjaan2 kasar yang tidak banyak membutuhkan ilmu pengetahuan (Jnana) dan Triguna yang menguasai adalah Tamas, Wesia adalah pekerjaan dalam perdagangan membutuhkan ilmu pengetahuan niaga dan Triguna yang menguasai adalah Rajas Tamas, Kesatria adalah pekerjaan yang membutuhkan ilmu yang cukup agar dapat memimpin negara atau pemerintahaan Triguna yang menguasai adalah Rajas satwam, dan Brahmana adalah yang mempunyai latar belakang Spiritual seperti pemuput upacara2 ritual dan Triguna yang menguasai adalah Satwam.

Catur Marga.

Didalam mendekatkan diri (Bhakti) kehadapan Yang Widhi Wasa banyak jalan yang dapat ditempuh sesuai dengan bakat dan kemampuan spiritualnya. Bagi umat Hindu yang belum banyak mengetahui pengetahuan (Jnana) spiritual jalan yang terbaik adalah Bhakti Marga. Bagi umat yang banyak berkarya maka Karma Marga yang harus dilakukan, dan apabila tertarik dengan ilmu pengetahuan maka Jnana Marga yang sebaiknya dilaksanakan dan bagi umat yang sudah mulai mempelajari Yoga maka Raja Yoga yang sebaiknya dilakukan.

Diantara Catur Marga ini jangan dipermasalahkan mana yang terbaik, semua marga ini mempunyai nilai yang sama dihadapan Yang Widhi Wasa yang penting kesucian dan ketulusan dalam diri sendiri.

PENUTUP

Apabila kita perhatikan Konsep2 dalam ajaran agama Hindu cukup banyak dan saling terkait satu sama lainnya, tinggal kita harus mengetahui sistimatika cara belajar (membahas). Catur Konsep adalah baru sebagian kecil dari konsep2 agama Hindu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Untuk mempelajari secara keseluruhan konsep 2 Hindu membutuhkan waktu dan tenaga disamping refrensi2 agama Hindu belum banyak diterjemahkan sehingga kita harus mencari sendiri.

Gambar dalam ilustrasi Catur Konsep adalah sebagai metodelogi mempelajari ajaran Agama Hindu, sehingga dapat dimengerti lebih mudah, tepat dan cepat. Apabila sudah dimengerti Catur Konsep tersebut, maka kita dapat melakukan semacam simulasi yaitu mencoba menganalisa hubungan Catur Konsep yang satu dengan Catur Konsep yang lain.

Dalam simulasi setiap lingkaran dapat diputar putar kekanan maupun kekiri sehingga dapat dikelompokkan Catur Konsep yang terkait, apabila ditarik garis lurus dari titik sentral lingkaran. Mudah2 an dengan Catur Konsep ini dapat memperjelas dari ajaran yang terdapat dalam agama Hindu, dan kita mengetahui posisi masing2 dimana berada pada masa yang lalu, saat ini maupun dimasa yang akan datang, sehingga dapat berperan sesuai dharmanya.





Pengertian dan Tujuan Agama Hindu Print E-mail

Agama sebagai pengetahuan kerohanian yang menyangkut soal-soal rohani yang bersifat gaib dan methafisika secara esthimologinya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata "A" dan "gam". "a" berarti tidak dan "gam" berarti pergi atau bergerak. Jadi kata agama berarti sesuatu yang tidak pergi atau bergerak dan bersifat langgeng. Menurut Hindu yang dimaksudkan memiliki sifat langgeng (kekal, abadi dan tidak berubah-ubah) hanyalah Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Demikian pula ajaran-ajaran yang diwahyukan-Nya adalah kebenaran abadi yang berlaku selalu, dimana saja dan kapan saja.

Berangkat dari pengertian itulah, maka agama adalah merupakan kebenaran abadi yang mencakup seluruh jalan kehidupan manusia yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup yang berupa kebahagiaan yang maha tinggi dan kesucian lahir bathin.

TUJUAN AGAMA HINDU

Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah "Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa.

Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan.

Di dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, sebagaimana disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:

Kamarthau Lipsmanastu
dharmam eweditaccaret,
na hi dhammadapetyarthah
kamo vapi kadacana.
Artinya:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.

Jadi dharma mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula ditegaskan di dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:

Dharma ewa plawo nanyah
swargam samabhiwanchatam
sa ca naurpwani jastatam jala
dhen paramicchatah
Artinya:
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga, sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar untuk mengarungi lautan.

Selanjutnya di dalam Cantiparwa disebutkan pula sebagai berikut:

Prabhawar thaya bhutanam
dharma prawacanam krtam
yah syat prabhawacam yuktah
sa dharma iti nicacayah
Artinya:
Segala sesuatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya.

Demikian pula Manusamhita merumuskan dharma itu sebagai berikut:
"Weda pramanakah creyah sadhanam dharmah"
Artinya:
Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).

Weda (S.S. 16) juga menyebutkan :

Yathadityah samudyan wai tamah
sarwwam wyapohati
ewam kalyanamatistam sarwwa
papam wyapohati
Artinya:
Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala macam dosa.

Demikianlah dharma merupakan dasar dan penuntun manusia di dalam menuju kesempurnaan hidup, ketenangan dan keharmonisan hidup lahir bathin. Orang yang tidak mau menjadikan dharma sebagai jalan hidupnya maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan tetapi kesedihanlah yang akan dialaminya. Hanya atas dasar dharmalah manusia akan dapat mencapai kebahagiaan dan kelepasan, lepas dari ikatan duniawi ini dan mencapai Moksa yang merupakan tujuan tertinggi. Demikianlah Catur Purusa Artha itu.

Tuntunan Dasar Agama Hindu (milik Departemen Agama)
Disusun oleh: Drs. Anak Agung Gde Oka Netra

epistemologi - indra

SUMBER PENGETAHUAN

Indera

Indera digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan di sekitar kita. Indera ada bermacam-macam; yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni indera penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan ukuran suatu benda; indera pendengaran (telinga) yang membuat kita membedakan macam-macam suara; indera penciuman (hidung) untuk membedakan bermacam bau-bauan; indera perasa (lidah) yang membuat kita bisa membedakan makanan enak dan tidak enak; dan indera peraba (kulit) yang memungkinkan kita mengetahui suhu lingkungan dan kontur suatu benda.

Pengetahuan lewat indera disebut juga pengalaman, sifatnya empiris dan terukur. Kecenderungan yang berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang utama, atau bahkan satu-satunya sumber pengetahuan, menghasilkan aliran yang disebut empirisisme, dengan pelopornya John Locke (1632-1714) dan David Hume dari Inggris. Mengenai kesahihan pengetahuan jenis ini, seorang empirisis sejati akan mengatakan indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya, dan pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.

Tetapi mengandalkan pengetahuan semata-mata kepada indera jelas tidak mencukupi. Dalam banyak kasus, penangkapan indera seringkali tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya pensil yang dimasukkan ke dalam air terlihat bengkok, padahal sebelumnya lurus. Benda yang jauh terlihat lebih kecil, padahal ukuran sebenarnya lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau terlalu keras tidak bisa kita dengar. Belum lagi kalau alat indera kita bermasalah, sedang sakit atau sudah rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan indera untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.

Tentukan komentar anda tentang blog ini